Kini, teknologi komunikasi telah merasuki dalam setiap sendi kehidupan masyarakat. Tak bisa dipungkiri, telah terjadi penetrasi teknologi komunikasi tidak hanya secara luas, tapi juga mendalam. Maksudnya ia tidak hanya mengimplikasi masyarakat dengan koverasi yang luas semata, tapi juga hingga mengakibatkan perubahan susunan konfigurasi masyarakat.
Ashadi Siregar (2008) pernah berujar, teknologi komunikasi mampu mengubah susunan konfigurasi masyarakat dari agraris, industry, hingga informasi. Apalagi internet, salah satu bentuk teknologi komunikasi ini begitu masif dikonsumsi oleh masyarakat.
Dalam data internetworldstat.com pada 2011, Indonesia mencatatkan dirinya sebagai Negara dengan pengguna internet terbesar kelima se-Asia. Berturut-turut dari yang pertama, posisinya ditempati oleh Cina, Jepang, India, dan Korea Selatan. Dengan pengguna internet yang mencapai 30 juta orang dan kemungkinan terus bertambah dengan pesat setiap tahunnya, bukan nya tidak mungkin akan berimplikasi pada kehidupan sosio-kultur masyarakat.
Internet begitu didengung-dengungkan sebagai pembawa nilai-nilai demokratis dengan segala macam informasi yang dibawa. Informasi tidak lagi dipandang sebagai sebuah komoditas yang mahal dan sukar untuk ditransmisikan. Namun, ia kini menjadi sebuah barang bebas. Dalam pandangan ekonomi, informasi bisa disetarakan dengan air, udara, dan tanah, yang ketiganya merupakan barang bebas tapi sangat dibutuhkan.
Selain itu Yahoo! juga melakukan survei terhadap perilaku pengguna Internet di Indonesia pada 2009 dan 2010 silam. Dari riset ini, mereka membuat urutan aktivitas online paling populer di Tanah Air, yakni: mengunjungi portal online, membaca berita online, menggunakan email, menggunakan mesin pencari dan menggunakan layanan Internet messenger.
Pada titik ini, sepertinya internet memang diinginkan, baik itu dibutuhkan atau tidak. Pasalnya, internet menurut saya juga merupakan penanda zaman. Menandai ketercapaian kebudayaan manusia. Paling tidak internet menandai hingga sejauh mana manusia mampu menggunakan teknologi.
Kedua kecenderungan tersebut bisa jadi merupakan contoh yang pas dengan munculnya kampung cyber. Di Indonesia, kampung Taman, di Yogyakarta merupakan yang pertama menerapkan konsep kampung cyber. Tak khayal, kampung ini menjadi semacam pioneer dalam penggunaan teknologi komunikasi yang berbasis civil society.
Kampung Taman, berada di tengah kota. Kepadatan penduduknya pun terbilang padat. Selain itu, areal kampung Taman terintegrasi dengan objek wisata Taman Sari. Kekuatan ekonomi masyarakatnya sebagian besar bergantung pada penjualan batik. Hal ini tentu juga berkorelasi dengan areanya yang tegabung dengan objek pariwisata. Otomatis masyarakat kampung Taman sangat sering bersinggungan dengan wisatawan baik asing maupun lokal yang acapkali berlalu-lalang di kampung meraka.
Hal tersebut menunjukan, seharusnya segenap warga memiliki pemikiran yang terbuka. Maksudnya dengan sering bersinggungannya dengan elemen selain didalam masyarakat itu sendiri mengakibatkan mereka menjadi lebih mudah menerima segala macam perubahan. Perubahan ini baik yang bersifat makro seperti susunan konfigurasi masyarakat. Atau hanya sekadar perubahan mikro seperti peubahan pada taraf individu dalam memandang suatu persoalan.
Kondisi yang demikian ditambah dengan adanya penggunaan internet yang masif dalam lingkup komunitas, tentunya semakin menambah keterbukaan pikiran warga. Keterbukaan berpikir ini bisa dimaknai menjadi dua hal. Pertama, masyarakat telah mengalami pendewasaan karakter, atau kedua, justru masyarakat terlalu mudah untuk diiming-imingi bujuk rayu modernitas. Alhasil warga hanya anut grubyuk pada zaman. Dengan kata lain, telah terjadi cultural shock pada masyarakat itu sendiri, baik disadari atau tidak.
Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra dan antar sesama anggota masyarakat maya. (baca juga : Dinamika Komunikasi Cyber)
Proses sosial dan interaksi sosial dalam masyarakat maya ada yang bersifatsementara dan ada dalam waktu yangrelatif lama dan menetap. Sifat daninteraksi sosial mereka ditentukan oleh kepentingan mereka dalam dunia maya. Interaksi sosial sementara, terjadi pada anggota masyarakat yang sepintas lalu ingin “jalan-jalan” dan hanya bermain di dunia maya melalui browsing dan chatting, atau search misalnya untuk keperluan pencarian data tugas, data umum, dan sebagainya.
Seperti layaknya kehidupan di dunia nyata, komunitas-komunitas virtual di internet juga memiliki kehidupannya sendiri. Di dunia maya mereka bisa saling berinteraksi dan berkomunikasi. Tidak jarang komunikasi yang mereka lakukan dengan sesama masyarakat di dunia maya akan membentuk suatu jalinan hubunganantarpribadi diantara mereka. Bahkan tidak jarang diantara mereka bisa saling jatuh cinta, bahkan patah hati. Walaupun saat ini belum dimungkinkan adanya kontak fisik seperti memukul, memeluk, dan tindakantindakan fisik lainnya, komunikasi tetap dapat berjalan dengan relatif sempurna.
Melalui internet kita dapat berkomunikasi dengan orang lain di hampir seluruh bagian dunia dalam waktu bersamaan secara online, melalui teks tertulis. Kedekatan fisik yang sering dikaitkan dengan definisi komunikasi dalam sebagian besar teori komunikasi berganti dengan kedekatan tanpa batas dalam dunia internet. Kebanyakan komunikasi yang terjadi di internet hanya mengandalkan teks sebagai alat komunikasi. Dalam sebuah komunikasi berbasis komputer yang ”dingin” tanpa bahasa nonverbal dan ekspresi, sebuah kalimat dapat diartikan bermacam-macam. (Selengkapnya klik link berikut)
Para partisipan dalam komunikasi melalui internet semakin menyadari pentingnya komunikasi nonverbal dalam membentuk dan mengembangkan hubungan dan karenanya melakukan adaptasi isyarat bahasa dan tekstual untuk mengatasi keterbatasan nonverbal berupa isyarat visual dan aural. Salah satu contohnya adalah simbol-simbol smiley yang menggabungkan tanda baca untuk menghasilkan bentuk wajah mini yang dibaca terbalik dari samping untuk meniru ekspresi wajah dan paralinguistik dari komunikasi tatap muka. Komunikasi melalui internet dewasa ini begitu marak semenjak lahirnya berbagai situs jejaring sosial seperti friendster, facebook, fanbox, dan sebagainya.
Akses yang cukup mudah dan berbagai aplikasi yang menarik, membuat situs jejaring sosial tersebut digandrungi masyarakat. Dari semula masyarakat berkomunikasi hanya mengandalkan komunikasi tatap muka, sekarang dengan adanya internet masyarakat tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mengunjungi orang-orang yang akan mereka temui, cukup dengan menekan tombol saja mereka sudah dapat tersambung dengan orang lain. Ini menarik, bila sekilas kita melihat begitu mudahnya kita bertemu dengan orang lain, di sisilainnya tak jarang situs sosial tersebut juga menuai kontroversi.
32 Observasi | Vol. 9, No.1| Tahun 2011Topik Utama Komunikasi Dunia Maya Dalam Realitas Kehidupan Masyarakat
Perkembangan teknologi komunikasi saat ini memungkinkan manusia berinteraksi dan bekomunikasi di dunia maya. Dunia maya (cyberspace) sendiri merupakan ranah maya yang berisi sekumpulan orang-orang yang terkoneksi melalui komputer dan piranti telekomunikasi tanpa tergantung pada geografi secara fisik. Istilah ini pertama kali diciptakan dan dipopulerkan oleh William Gibson melalui novel ”Neuromancer” yang diterbitkan pada tahun 1984. (Severin James W.Tankard, Jr, 2007: 445).
Dunia maya tidak seperti dunia nyata, di mana yang hanya kita lihat sebatas gambar dan teks. Meskipun di dalamnya terjadi komunikasi antarpribadi, namun komunikasi yang terjadi terbatas jarak dan sekat layar komputer. Tetap kita tidak mengetahui siapa sebenarnya orang yang sedang berkomunikasi dengan kita di dunia maya. Adanya situs jejaring sosial dapatmemungkinkan kita terhubung dengan orang-orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal.
Begitulah hebatnya teknologi internet yang dapat menghubungkan kita dengan orang lain tanpa perlu membuang tenaga dan waktu hanya untuk bertemu dengan rekan atau teman-teman kita. Begitu mudahnya kita bertemu dengan semua orang, membuat kita tak jarang terlena dibuatnya, dan cenderung untuk memilih berkomunikasi di dunia maya dibandingkan dengan bertemu secara tatap muka.
Di era postmodern ini, masyarakat yang melek teknologi tidak hanya menggunakan dunia maya sebagai tempat untuk berkomunikasi saja, namun lebih dari itu. Komunikasi yang dilakukan berkembang ke arah over-expose, yaitu kegandrungan untuk mengomunikasikan (memamerkan, memperlihatkan, mendiskusikan) apapun yang dapat dikomunikasikan.
Segala sesuatu baik itu bidang politik, agama, seksualitas, tubuh, anak-anak, bahkan kematian disemiotisasikan dalam bentuk oversemioticisation, segala sesuatu dijadikan tanda dala bentuk over-signification, segala sesuatu dikomunikasikan dalam bentuk over-communication. Dalam dunia semiotik, ketika segala sesuatu dijadikan sebagai tanda di dalam wacana oversignified, yang berubah dan berganti dalam kecepatan tinggi, maka makna itu sendiri tidak mungkin lagi ditangkap, dan nilainilai di baliknya tidak mungkin lagi dicerna. Yang kita dapatkan adalah sebuah komunikasi yang mengalir secara bebas tanpa tujuan yang pasti.
Contoh sederhananya adalah ketika kita sedang chatting dengan teman atau kenalan kita di situs facebook.Terkadang komunikasi yang dilakukan hanyalah sekadar basa-basi atau hanya untuk mengisi waktu luang. Bisa juga hanya digunakan sebagai sarana untuk memperluas pergaulan. Demikian juga halnya dengan memberikan informasi kepada teman-teman dalam daftar list teman kita apa yang kita pikirkan, rasakan dan kegiatan yang kita lakukan.
Namun tak jarang juga pesan yang kita sampaikan atau kita publikasikan ke semua orang itu hanya sekadar iseng atau hanya untuk membuat suasana menjadi seru. Kalau bahasa gaulnya hanya buat seru-seruan saja, namun justru yang hanya buat seruseruan saja ini yang berkembang menjadi ketagihan. Sehingga terkesan dari teks yang kita tuliskan itu seolah-olah itulah yang sedang kita alami. Jadi kekaburan makna komunikasi atau apa yang dikomunikasikan tersebut sering kali terjadi.
Sehingga ada benarnya apa yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard dengan ungkapan hiperrealitas. Istilah hiperrealitas digunakan untuk menjelaskan kondisi realitas komunikasi yang dianggap melampaui ini, yang dicirikan oleh berbagai bentuk perekayasaan, dan distorsi makna di dalam komunikasi, yang menciptakan semacam “hiperrealitas komunikasi”. Hiperrealitas komunikasi menciptakan suatu kondisi komunikasi, yang di dalamnya kesemuanya dianggaplebih nyata dari pada kenyataan, kepalsuan dianggap lebih benar dari pada kebenaran, isu lebih dipercaya dari pada informasi.
Kedudukan Komunikasi Tatap Muka dalam Komunikasi Dunia Maya Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dan saling memberi makna. Jadi komunikasi yang dilakukan bersifat antarpribadi. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi minimal terjadi pada dua orang yang saling bertukar makna.Ada banyak bentuk komunikasi yang bisa kita lakukan, tak terbatas dengan komunikasi antarpribadi.