BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Komunikasi inovasi dan permasalahan korupsi di indonesia.
berbicara mengenai permasalahan korupsi di indonesia jika di bahas maka tidak
akan ada habisnya, karena begitu banyaknya kasus-kasus korupsi di bumi pertiwi
ini. Hingga kini ada sebagian kasus korupsi yang tidak bisa diselesaikan oleh
pemerintah karena tersangka dalam kasus tersebut merupakan beberapa pemimpin
dan pejabat negara itu sendiri. Maka dari itu dalam hal ini penulis ingin
membatasi permasalahan tersebut jika dikaitkan dengan komunikasi inovasi.
Bagaimana dalam komunikasi inovasi seperti beberapa inovasi atau pembaruan atau
ide-ide untuk pembangunan di indonesia dapat berpotensi sebagai lahan korupsi
bagi pejabat-pejabat negara. Untuk lebih jelasnya penulis akan membahas
permasalahan ini pada bab yang selanjutnya.
1.2 Tujuan
Makalah ini penulis buat bertujuan untuk menyelesaikan
tugas ujian tengah semester (UTS) yang dibebankan oleh dosen pembimbing. Dengan
diselesaikannya makalah ini, penulis berharap para pembaca dapat mengetahui
bagaimana komunikasi inovasi yang negatif atau tidak baik akan berdampak pada
timbulnya beberapa permasalah korupsi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Komunikasi Dalam Inovasi
Tujuan
komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual understanding)
antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini
adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi,
proses komunikasi antara (misalnya penyuluh dan petani) tidak hanya berhenti
jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan
tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun seringkali (seharusnya)
komunikasi baru berhenti jika sasaran (petani) telah memberikan tanggapan
seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima atau menolak inovasi
tersebut.
Dalam proses
difusi inovasi, komunikasi memiliki peranan penting menuju perubahan sosial
sesuai dengan yang dikehendaki. Rogers dan Floyed Shoemaker (1987) menegaskan
bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan
inovasi. Ini berarti kajian difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang
berkaitan dengan gagasan-gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi
semua bentuk pesan”. Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka
kurang lazim disebut sebagai difusi.
Teori difusi
inovasi sangat penting dihubungkan dengan penelitian efek komunikasi. Dalam hal
ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu kemampuan pesan media dan opinion
leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan baru dan membujuk
sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.
2.2
Teori Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion
of Innovations. Ia
mendefinisikan difusi
sebagai proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa
sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut.
Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk
kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi
oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad
ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws
of Imitation” (1930),
Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam
komunitas tertentu merupakan orang
yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar,
sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini
dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.
2.3 Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan Proses Difusi
1)
Mempelajari
Inovasi
Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai
sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada.
Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak
akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru
merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis
inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan
kedekatan secara fisik.
2)
Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang
mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat
ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset
membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba
hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah
mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka
mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin
selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk
menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga
dipengaruhi oleh nilai
yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau
tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya.
Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi,
semakin kecil tingkat adopsinya.
Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan
menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga
sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi
tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui
hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa
sebuah kelompok yang solid
dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses
adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran
masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk mengadopsi
inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.
2.4
Permasalahan Korupsi Di Indonesia
Problem
terbesar di negara ini adalah masalah korupsi. Praktik korupsi di Indonesia
terjadi di berbagai tingkatan, mulai dari urusan kecil yang menyangkut
pelayanan masyarakat di tingkat terbawah (desa, kelurahan, kecamatan), hingga
rekayasa penggunaan anggaran di lembaga-lembaga pemerintah. Korupsi terjadi
karena ada niat dan ada kesempatan
serta inovasi-inovasi yang menyimpang dilakukan beberapa pejabat pemerintahan.
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap
pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan
proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum,
korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian
prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan
bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi
pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan
membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private,
korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos
manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan
perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru
muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk
membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan
inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan".
Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai
hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke
proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak.
Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan
praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi
juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup,
atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan
pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap
anggaran pemerintah.
Contoh
nyata permasalahan korupsi yang terjadi akibat adanya inovasi dalam sebuah
pembangunan infrastruktur bisa kita lihat pada pembangunan tempat pusat
kegiatan olahraga yang disebut juga dengan wisma atlet. Pada pembangunannya
banyak hal-hal yang menyimpang mengenai anggaran APBD yang dikeluarkan
pemerintah guna membangun wisma atlet tersebut. Anggaran pembangunan bisa
menjadi kesempatan bagi para pejabat pemerintah untuk melakukan tindak pidana
korupsi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Inovasi tidak hanya berdampak positif bagi pembangunan di
Indonesia juga akan berdampak negatif bagi pembangunan tersebut, karena dengan
adanya pembangunan yang terjadi banyak kegiatan-kegiatan yang menyimpang yang
akan dilakukan pejabat pemerintah sebagai lahan korupsi. Korupsi tentu saja
akan menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi
kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa.
Praktik korupsi di Indonesia terjadi di berbagai tingkatan, mulai dari urusan
kecil yang menyangkut pelayanan masyarakat di tingkat terbawah (desa,
kelurahan, kecamatan), hingga rekayasa penggunaan anggaran di lembaga-lembaga
pemerintah.
3.2 Saran
Penulis sangat menyadari masih banyak kekuranngan dalam
makalah ini yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang dimiliki. Dengan
demikian, diharapkan kepada pembaca untuk membeerikan saran yang sifatnya
membangun agar makalah ini menjadi lebih berkualitas, agar penulisan makalah
yang akan datang menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://ruangdosen.wordpress.com/
Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit
Usaha Nasional
0 komentar:
Post a Comment