Wednesday 19 October 2016

PERS MASA PERGERAKAN





Disusun oleh :
RYAN EDI SAPUTRA


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur dengan tulus saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Taufik dan hidayahnya, makalah Sejarah Perkembangan Pers tentang Pers Masa Pergerakan bisa hadir ditengah-tengah kita semua.
    Namun demikian, disadari bahwa sungguhpun makalah ini telah mengalami revisi dan penambahan, didalamnya masih banyak kekurangan.
Kekurangan ini akan diupayakan untuk terus disempurnakan sesuai kemampuan penulis. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca guna menyempurnakan buku ini akan disambut dengan senang hati.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

                           






 Pekanbaru, 21 Maret 2013


                                                                                                                                  Penullis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pergerakan nasional merupakan hal yang baru dalam sistem perjuangan bangsa indonesia menghadapi penjajahan. Hal yang baru tersebut tidak akan bisa berkembang dan dimengerti oleh masyarakat luas tanpa adanya informasi yang disebarluaskan dikalangan masyarakat umum. Pers merupakan sarana yang sangat penting dalam menyebarluaskan informasi. Media pers yang berupa surat kabar dan majalah memiliki andil yang besar di dalam menyebarluaskan suara nasionalisma (kebangsaan) indonesia.
Sejak awal pergerakan melawan penjajahan di negeri ini, kaum pergerakan sadar akan pentingnya peran bacaan dalam menaikkan derajat kesadaran rakyat anti penjajahan sekaligus meluaskan organisasi perlawanannya. Di sinilah peranan pers yang membela rakyat jajahan sekaligus menyatukannya dalam cita-cita bersama melawan penjajahan menjadi penting.
Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai alternatif dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang jelas-jelas menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kolonial. Karena itulah Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan rakyat dengan menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial dengan mendirikan Balai Pustaka pada  tahun 1917.
Menyikapi situasi penjajahan, sangat tepatlah bila berbagai organisasi gerakan memperhatikan juga kerja-kerja penyediaan bacaan yang dapat mencerahkan dan memberi inspirasi bagi rakyat dalam melawan penjajahan.Dengan demikian Pers Indonesia pun dituntut untuk bekerja keras. Tak sekadar merayakan kebebasan pers tapi juga menegakkan kemandirian nasional dan mencegah semakin tergantungnya bangsa pada tangan-tangan asing.
1.2 Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui awal mula berdirinya pers di Indonesia.
  2. Mengetahui perkembangan pers di Indonesia pada masa pergerakan nasional.
  3. Mengetahui peran pers pada masa pergerakan nasional.


BAB II
PEMBAHASAN
    1. Sejarah Perkembangan Pers di Indonesia
Dalam sejarah perkembangannya pers Indonesia tidak bisa dilepaskan dari situasi masyarakat kolonial pada waktu itu. Munculnya pers di Indonesia bermula dari perkembangan sejarah pers Belanda sampai akhir abad ke-19 di Hindia Belanda. Kemudian menginjak awal abad ke-20 adalah sebuah awal pencerahan bagi perkembangan pergerakan di Indonesia yang ditandai dengan munculnya koran. (baca juga Sejarah Pers Pada Masa Belanda)
Ada beberapa tahapan dalam perkembangan sejarah pers di Indonesia. Pertama, di sebut “Babak Putih” yakni dari tahun 1744 sampai tahun 1854 dimana surat kabar mutlak dimiliki orang-orang Nederland yang dibuat menggunakan bahasa Belanda dan dibaca oleh pembaca berbahasa Belanda. Kemudian babak kedua berlangsung antara tahun 1854 sampai masa kebangkitan nasional.
Pada tahun 1854 ini dikenal sebagai kemenangan kaum liberal (politik etis) di Nederland yang memberikan kelonggaran pada kegiatan pers di Hindia Belanda Dalam masa pergerakan ini pula, kita kenal istilah Bacaan Liar sebagai alternatif dari bacaan yang disediakan pemerintah jajahan Hindia Belanda yang jelas-jelas menolak segala bacaan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kekuasaan kolonial. Karena itulah Pemerintah Jajahan Hindia Belanda berusaha mengontrol bacaan rakyat dengan menyediakan bacaan yang tidak memusuhi kebijakan kolonial.
           Perkembangan pers bumiputra atau yang berbahasa Melayu menimbulkan pemikiran dikalangan pemerintah kolonial untuk menerbitkan sendiri surat kabar berbahasa melayu yang cukup besar dan dengan sumber-sumber berita yang baik. ciri-ciri pers berbahasa Melayu ialah lingkungan pembacanya yang dituju atau yang menjadi langganan. (Baca juga Makalah Pers Masa Tionghoa)

    1. Pers Masa Pergerakan Nasional
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada dalam detik-detik terakhir penjajah Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan. Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 mei 1980, surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam perlemen orang Indonesia yang terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.
Beberapa contoh harian yang terbit pada masa pergerakan, antara lain sebagai berikut:
  • Harian “Sedio Tomo” sebagai kelanjutan harian Budi Utomo yang terbit di Yogyakarta, didirikan bulan Juni 1920.
  • Harian “Darmo Kondo” terbit di Solo, yang dipimpin oleh Sudarya Cokrosiswono.
  • Harian “Utusan Hindia” terbit di Surabaya, yang dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto.
  • Harian “Fajar Asia” terbit di Jakarta, dipimpin oleh Haji Agus Salim.
  • Majalah mingguan “Pikiran Rakyat” terbit di Bandung, didirikan oleh Ir. Soekarno.
  • Majalah berkala “Daulah Rakyat”, dipimpin oleh Moch Hatta dan Sultan Syahrir.
Karena sifat dan isi pers pergerakan anti penjajahan, pers mendapatkan tekanan dari pemerintahan Hindia Belanda. Salah satu cara pemerintah Hindia Belanda saat itu adalah dengan memberikan hak kepada pemerintah untuk memberantas dan menutup usaha penerbitan tanggal 13 Desember 1937. (baca Pers Masa Orde Baru)
    1. Peranan Pers Dalam Pergerakan Nasional
Perkembangan pers berbahasa daerah atau melayu, yang dinilai oleh Douwes dekker dalam awal karangan ini menduduki tempat terpenting dari pers Eropa,dan terutama setelah berdirinya organisasi seperti boedi Oetomo, Sarekat Islam dan Indische Partij menimbulkan pemikiran di kalangan pemerintah Hindia Belanda untuk menetralisasi pengurus pers bumi putra itu.Jalan yang di tunjukkan Dr.Rinkes ialah dengan mendirikan surat kabar berbahasa Melayu oleh pemerintah sendiri serta memberikan bantuan kepada surat kabar yang di nilai lunak dalam pemberitaannya.
Berdirinya Boedi Oetomo di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908 dan persiapan-persiapan kongresnya yang pertama yang akan diadakan pada awal oktober tahun itu juga mendapat tempat dalam pers Belanda dan Melayu.Surat edarannya pun dimuat dalam surat kabar De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad, demikian juga dalam majalah Jong Indie. Memang sejak kelahirannya, organisasi pertama ini memperhatikan pentingnya penerbit dan surat kabar sebagai penyambung suara organisasi. Sesuai dengan sikap Boedi Oetomo pada awal pertumbuhannya sejak golongan tua menjadi pemimpin-pemimpinnya, maka surat kabar pun bercorak lunak, namun satu segi yang menarik ialah kesadaran redakturnya menulis dan memberitakan yang penting bagi kemajuan dan kesejahteraan. Pentingnya surat kabar berbahasa Melayu terbukti juga dari ikhtisar-ikhtisar yang muncul dalam majalah dan surat kabar Belanda, seperti Tropisch Nederland, Kolonial Tijdschrift dan Java Bode.
Semenjak berdirinya Sarekat Islam, nampak adanya pemberitaan baru surat kabar, diantaranya ada yang menonjol dan ada pula yang kurang berarti. juga beberapa terbit di luar pulau Jawa. Mula-mula Darmo Kondo merupakan surat kabar yang utama di Jawa, tetapi setelah berdirinya SI, di Surabaya terbit Oetoesan Hindia yang isinya lebih hidup dan condong ke kiri. Darmo Kondo sendiri tetap tenang dan kurang menunjukkan kepekaannya mengenai tanda-tanda zaman, meskipun lingkungan pembaca cukup besar. Darmo Kondo sebelum tahun 1910 dimiliki dan dicetak oleh seorang keturunan Cina, Tan Tjoe Kwan dan redaksi ada ditangan Tjnie Sianh Ling,yang diketahui mahir di dalam soal sastra Juwa. sejak itu dibeli oleh Boedi Oetomo cabang Surakarta dangan modal Rp.50.000,- .
Oetoesan Hindia lahir setelah SI mengadakan kongresnya yang pertama di Surabaya, 26 januari 1913 dibawah pimpipinan Dokroaminoto, Sosrobroto serta Tirtodanudjo. Tirtodanudjo merupakan penulis yang tajam menarik perhatian umum, demikian juga karangan seorang bernama Samsi dari Semarang. Kedua-duanya merupakan pemegang rekor delik pers dan seringkali berurusan dengan pihak pengadilan. Tjokroaminoto sendiri mengimbangi dengan tulisan-tulisan yang tinggi mutunya dengan nada yang tenang, juga bila dia menulis untuk menangkis serangan-serangan yang dutujukan kepadanya. Selama tiga belas tahun Oetoesan Hindia isinya mencerminkan dunia pergerakan, politik, ekonomi dan perburuhan, khusus yang dipimpin oleh Central Sarekat Islam.
Karangan para pemimpin Indonesia muncul dan mengisi suratkabar itu serta merupakan perjatian pembaca. Singkatan nama-nama mereka O.S.tj. (Oemar Said Tjokroaminoto), A.M. (Abdul Muis). H.A.S. (Haji Agus Salim),T.Mk. (Tjipto Mangunkusumo), A.P. (Alimin Prawirohardjo), A.H.W. (Wignjadisastra) dan Surjopranoto silih berganti mangisi suratkabar itu, yang pengaruhnya sering nampak disuratkabar yang terbit dikepulauan lain.
Namun kelamahan suratkabar bumiputra ialah kurangnya pemasang iklan, sehigga dengan uang langganan saja tidak cukup untuk dapat bertahan. Ditambah lagi banyak perkara SI mengurangi ketekunan pengurusnya untuk tetap memikirkan kelangsungan suratkabarnya, dan setelah djokroaminoto terkena perkara politik sehingga ia di jatuhi hukuman dan pemecahan di dalam tubuh SI sendiri tak terhindarkan lagi, maka Oetoesan Hindia tutup usia pada triwulan pertama tahun1923.
Suratkabar SI lainnya ialah Sinar Djawa di Semarang, Pantjaran Warta diketehui dan Saroetomo di Surakarta yang terakhir itu adalah suratkabar asli Sarekat Islam sejak kelahiran organisasi itu pada bulan Agustus 1912 mula-mula Saroetomo merupakan suratkabar yang kurang berarti, tetapi berangsur-angsur nampak pengaruh Oetoesan Hindia sehingga makin bermutu terutama dengan muncul mas Marco Dikromo, seorang berasal dari Bodjonegoro, yang waktu itu berumur 23 tahun, maka karangan-karangan mewakili gaya tulis tersendiri terkenal dalam hubungan ini ialah komentar mas Marco mengenai cara kerja Mindere Whevaarts Commissie (Komisi untuk meyelidiki sebab-sebab kemunduran rakyat Bumi Putra) sehingga menimbulkan heboh besar setelah tulisan-tulisannya mendapat halangan dari Saroetomo, terutama karena campur tangan pemerintah, maka ia mendirkan suratkabar sendiri bernama Doenia Bergerak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa pergerakan adalah masa bangsa Indonesia berada dalam detik-detik terakhir penjajah Belanda sampai saat masuknya Jepang menggantikan Belanda. Pers pada masa pergerakan tidak bisa dipisahkan dari kebangkitan nasional bangsa Indonesia melawan penjajahan. Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 mei 1980, surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih banyak berfungsi sebagai alat perjuangan. Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang Indonesia. Surat kabar nasional menjadi semacam perlemen orang Indonesia yang terjajah. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa.

3.2 Saran
Penulis sangat menyadari masih banyak kekuranngan dalam makalah ini yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang dimiliki. Dengan demikian, diharapkan kepada pembaca untuk membeerikan saran yang sifatnya membangun agar makalh ini menjadi lebih berkualitas, supaya penulisan makalah yang akan datang menjadi lebih baik lagi.



DAFTAR ISI

Sa’id,Tribuana.1988,Sejarah Pers Nasional, Jakarta : CV Haji Masagung

0 komentar:

Post a Comment